Apa yang kita rasakan ketika kita melihat orang lain nampak lebih sukses dibandingkan kita? Misalnya sukses secara karir, ekonomi, maupun sosial? Apakah kita turut bergembira, atau justru sakit hati?
Ada sebuah peribahasa yang berbunyi: Rumput tetangga lebih hijau daripada rumput sendiri. Peribahasa ini walau mungkin sering terasa lucu, sebenarnya memiliki makna yang sangat dalam. Peribahasa tersebut memiliki makna apa yang dimiliki oleh orang lain, seringkali terlihat lebih indah atau lebih baik dari apa yang kita miliki.
Sahabat Smart ladori yang berbahagia. Dalam kehidupan sehari-hari, tidak jarang kita suka terjebak membandingkan diri dengan orang lain. Entah disadari atau tidak, banyak orang seringkali menempatkan dirinya pada posisi yang menderita. Sebagai contoh, seseorang yang masih jomblo merasa hatinya sangat panas ketika melihat sahabatnya sudah memiliki pasangan dan nampak harmonis.
Di sisi lain, orang yang sudah menikah bisa jadi juga merasa iri ketika bertemu dengan temannya yang jomblo. Seorang jomblo nampak bebas bisa keluar bepergian kapan saja dan kemana saja, sementara ia yang sudah mempunyai pasangan, tidak bisa bebas lagi jika ingin bepergian. Baginya, seolah-olah kehidupan jomblo lebih nyaman.
Contoh diatas merupakan contoh yang nampak kontradiktif. Seorang jomblo merasa ketika menikah akan bahagia. Sementara orang yang sudah menikah ternyata merasa bahwa hidup menjomblo lebih bebas dan terasa bahagia.
Inilah yang disebut sebagai rumput tetangga terlihat lebih hijau. Hal ini terjadi karena persepsi atau sudut pandang kita masing-masing. Apabila kebahagiaan orang lain kita pandang dengan cara yang menyedihkan, maka alam pikiran kita akan ikut terbawa sedih. Akan tetapi ketika kebahagiaan orang lain kita pandang dengan rasa turut berbahagia, maka pikiran kita pun akan turut berbahagia.
Apabila kita melihat rumput tetangga nampak lebih hijau, maka akan lebih baik kalau kita ikut gembira melihatnya. Dengan demikian, kita sudah membangun sebuah persepsi yang positif ke dalam pikiran kita. Jangan sampai justru yang muncul adalah rasa iri maupun dengki. Namun sangat penting untuk diingat, meskipun kita ada rasa ikut memiliki, bukan berarti kita bebas memotong rumput tetangga kita kapan saja kita mau.
Lantas, bagaimana caranya agar kita bisa belajar ikhlas dengan kesuksesan orang lain? Beberapa hal berikut bisa kita lakukan :
Pertama, jangan pernah menilai rumput tetangga. Ini merupakan salah satu cara yang cukup ekstrem khususnya bagi orang yang tidak tahan untuk tidak membandingkan kondisi kita dengan kondisi orang lain.
Kedua, ikut menikmati rumput tetangga yang hijau. Ini berarti kita membangun persepsi positif terhadap apa yang dimiliki orang lain. Misalnya ada teman yang mendapatkan kenaikan jabatan, maka kita bisa mengatakan dalam hati kita bahwa kita ikut berbahagia atas kesuksesannya. Kita juga mengatakan dalam hati kita sekaligus diiringi doa : “Semoga saya juga bisa segera menyusul kesuksesan teman saya.”
Ketiga, jadikan rumput tetangga menjadi motivasi bagi kita untuk lebih baik lagi. Apabila kita melihat orang lain lebih sukses, bukan perasaan galau yang muncul dalam diri kita. Tetapi justru perasaan semangat untuk segera mewujudkan apa yang sudah dicapai oleh teman kita.
Sahabat Smart LaDORI yang berbahagia, pelajaran penting dari rumput tetangga adalah marilah kita selalu membangun sikap positif terhadap kesuksesan orang lain walaupun kita sendiri belum memiliki kesuksesan tersebut. Semoga bermanfaat.