fbpx

Empat Tipe Kemarahan, Di mana Posisi Anda?

Bagaimana cara mengetahui kualitas kepemimpinan kita sendiri? Pertanyaan ini adalah termasuk yang paling sering kita temui dalam dalam berbagai diskusi mengenai kepemimpinan.

Karena ini pertanyaan praktis, biasanya cukup dijawab secara praktis saja. Untuk bisa mengukur kualitas kepemimpinan kita tak perlu teori yang susah-susah. Lihat saja apa yang selalu kita lakukan apabila kita sedang marah!

Mengapa demikian? Inti kepemimpinan adalah pengendalian diri. Dalam kungfu dikatakan bahwa, rahasia menguasai orang lain adalah menguasai diri sendiri. Penguasaan diri juga merupakan rahasia kemenangan para Musashi dalam memainkan pedangnya. Sekembalinya dari perang Badar yang dahsyat, Nabi Muhammad SAW mengatakan: “Kita baru kembali dari peperangan kecil menuju peperangan yang jauh lebih besar, yaitu perang melawan diri sendiri.” Seorang filsuf, David O. Mackay mengatakan, “The Greatest battles of life is fought daily in the silent chamber of soul.” Peperangan paling dahsyat dalam kehidupan kita adalah pertarungan setiap hari dalam relung-relung sunyi jiwa kita.

Masalahnya, ujian bagi pengendalian diri tidak akan kita dapatkan dalam situasi yang tenang dan damai. Dalam situasi yang tenang semua orang pasti dapat mengendalikan diri. Namun tidak demikian halnya dalam situasi-situasi yang sulit dan melibatkan emosi.

Berbeda dengan emosi-emosi lainnya seperti sedih kecewa dan gelisah, marah merupakan emosi yang paling sulit dikendalikan. Kemarahan selalu mengandung letupan-letupan emosi dan “gairah” tersendiri untuk melampiaskannya. Marah adalah emosi yang aktif, yang selalu mendorong orang untuk melaku- kan tindakan. Ini berbeda dengan emosi negatif lainnya yang cenderung pasif.

Kemarahan yang memuncak bisa menjadi sumber malapetaka, karena saat emosi bermain, pikiran kita tak lagi berfungsi dengan baik. Kesadaran kitapun akan jauh menurun. Ini tentunya kondisi yang amat berbahaya karena kita bisa saja melakukan sesuatu yang irrasional yang akan amat kita sesali di kemudian hari.

Kemarahan yang memuncak amatlah berbahaya karena kita bisa kehilangan satu milik kita yang paling berharga, yaitu PILIHAN (Choice). Saat marah seakan-akan kita hanya punya satu pilihan, yaitu membalas! Pilihan-pilihan lain seolah tertutup. Hasilnya pun hanya satu: Penyesalan yang tak berkesudahan.

Di kantor bisa jadi suatu saat kita dituduh melakukan korupsi dan diserang dengan berbagai cara sampai kita marah. Lama-lama batas kesabaran kita habis. Kita memaki-maki dan memukul orang tersebut. Dan, kita langsung dipecat. Orang tak perlu tahu apakah kita terbukti korupsi atau tidak. Yang penting fakta nya kita memukul orang, dan itu melanggar peraturan di kantor.

Karena itu penguasaan diri di kala marah amatlah penting. Filsuf besar Aristoteles pernah mengatakan, “Siapa pun bisa marah-marah itu mudah. Tetapi, marah pada orang yang tepat, dengan kadar yang sesuai, pada waktu yang tepat, demi tujuan yang benar, dan dengan cara yang baik – bukanlah hal mudah.

Ada sebuah tips berharga yang harus selalu kita ingat apabila kita sedang marah. Kuncinya adalah SPP. Jangan salah ini bukannya Sumbangan Pembinaan Pendidikan.
SPP di sini, berarti Stop – Pikir – Pilih!
Yang paling penting dalam tips di atas adalah
langkah pertama yang harus segera Anda ambil STOP!. “Berhenti”. Jangan berbuat apa-apa. Jangan bicara apa-apa. Kalau perlu, gigitlah bibir kita!

Dengan berhenti, kita sebenarnya sedang mengembalikan kesadaran kita ke titik semula. Setelah itu, turunkanlah emosi kita. Diane Tice, psikolog dari Case Western University, yang meneliti strategi orang menurunkan amarah menemukan berbagai macam cara: pergi menyendiri, mendengarkan musik, menikmati pemandangan indah, berjalan kaki, berolah raga, dan relaksasi. Nabi Muhammad SAW juga pernah memberikan tipsnya, “Kalau kamu sedang marah padahal kamu berdiri, cobalah duduk, kalau belum reda, cobalah berbaring, atau mengambil wudhu.” Marah adalah sifat api dan akan padam karena air.

Ada 4 tipe orang berkaitan dengan amarah ini.
Pertama, adalah orang yang cepat marah dan lambat sadar. Orang ini sangat berbahaya karena memiliki kecenderungan untuk merusak.

Tipe kedua adalah lambat marah dan lambat sadar. Ini mungkin termasuk orang yang telmi (telat mikir).

Tipe ketiga, adalah orang yang cepat marah, dan cepat sadar. Orang seperti ini perlu melakukan latihan melakukan jeda dan meredakan kemarahan.

Tipe keempat adalah orang yang lambat marah dan cepat sadar. Inilah orang yang telah melatih otot-otot proaktivitasnya dan menjaga kesadarannya setiap saat.

Mengendalikan marah adalah langkah terpenting dalam kepemimpinan. Kalau setiap orang dapat mengendalikan marahnya, dunia akan jauh lebih baik. Bukan itu saja. Sebagian besar persoalan yang kita hadapi juga akan selesai dengan sendirinya. (Pradiansyah, Arvan. 2004)

Bagikan tulisan ini ke media sosial :

Komentar

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top