Tantrum merupakan ledakan emosi pada anak, seringkali disertai dengan sikap anak yang keras kepala, menangis, menjerit-jerit, berteriak-teriak, marah, sulit dikendalikan. Menghadapi kondisi seperti ini, mungkin Anda akan merasa bingung menghadapinya. Lebih-lebih jika anak trantrum di depan umum.
Sebenarnya tantrum merupakan hal yang normal. Ini bagian dari perkembangan anak yang sedang berusaha menunjukkan bahwa si anak sedang merasa kesal. Pada umumnya, tantrum terjadi pada saat perkembangan bahasa anak mulai berkembang. Tetapi, karena balita belum bisa menyampaikan apa yang mereka inginkan, rasakan, atau butuhkan, maka akhirnya anak merasa kesal dan mengamuk. Seiring perkembangan kemampuan bahasa anak yang meningkat, kamu kan anak akan cenderung berkurang.
Walaupun tantrum merupakan hal yang normal dalam perkembangan anak, tetapi sebagai orang tua kita perlu tahu batasannya. Beberapa tanda tantrum berlebihan misalnya :
1. Anak mengamuk dalam durasi waktu yang cukup lama.
2. Anak melakukan kontak fisik dengan orang lain di sekitarnya.
3. Frekuensi anak mengamuk cukup sering.
4. Anak melukai dirinya sendiri.
Kondisi tantrum bisa membuat orang tua merasa malu khususnya apabila tantrum terjadi di tempat umum. Anda pun merasa menjadi tontonan banyak orang ketika sedang berupaya meredakan amukan dan jeritan si kecil.
Menghadapi anak yang tantrum, orang tua tidak boleh merasa panik. Kita harus memahami bahwa tantrum adalah proses bagi anak untuk menunjukkan betapa marahnya si anak. Tantrum juga memberikan kesempatan orang tua untuk melatih anak agar bisa mengatur emosinya dengan cara menyampaikan apa yang dia rasakan setelah tantrum nya selesai. Sikap tenang ini perlu kita tunjukan kepada si anak. Tidak perlu berunding dengan anak di tengah-tengah masa emosinya. Anak tidak akan mampu menangkap maksud yang kita katakan selama anak masih dalam kondisi tantrum.
Berunding dengan anak dengan memberikan permen, es krim, atau berbagai makanan kesukaan anak, hanyalah solusi jangka pendek. Dalam jangka panjang, hal ini justru buruk karena akan membuat anak merasa bahwa pantunnya berhasil sehingga ia justru akan menggunakan hal ini sebagai cara untuk meminta sesuatu.
Beberapa cara dalam menghadapi anak yang tantrum.
A. Sebelum terjadinya tantrum.
Ini merupakan langkah antisipasi sebelum anak mengalami tantrum. Kita harus Mengenali apa hal-hal disukai anak dan apa hal-hal tidak disukai oleh anak. Apabila hal-hal yang anak tersebut termasuk hal-hal masih bisa kita toleransi, maka tidak ada salahnya kita penuhi saja. Apabila kita menyampaikan sesuatu hal yang berbeda dengan keinginan anak kita, maka sampaikan dengan baik tanpa emosi. Anak biasanya akan merekam apa yang dicontohkan oleh orang tuanya. Apabila orang tuanya menyampaikan maksudnya dengan suara yang keras, membentak-bentak, maka anak justru akan menirunya.
B. Pada saat Anak Mengamuk.
Pada kondisi ini, kita jangan memberikan perhatian yang lebih. Hal ini karena, semakin diperhatikan, anak justru semakin menjadi-jadi. Cukup dekati anak, pegang dengan lembut atau peluk agar mereka merasa nyaman. Tunggu sampai akhirnya tantrum tersebut mereda.
C. Pada saat Telah Terjadi Tantrum.
Peluk dan ciumlah si anak. Bicaralah baik-baik, diskusikan, menjelaskan tentang bagaimana cara menyampaikan perasaan dengan baik dan benar. Berikan pemahaman yang bisa mudah diterima oleh si anak. Beritahukan apa-apa hal yang boleh dilakukan dan apa-apa hal yang tidak boleh dilakukan.
Berikanlah kesibukan yang positif misalnya olahraga, aktivitas seni, bermain bersama, kegiatan di alam terbuka, dan lain sebagainya. Jelaskan pula perbedaan antara keinginan dan kebutuhan. Kebutuhan adalah hal-hal diberikan kepada anak. Sementara keinginan bukanlah sesuatu yang harus selalu dipenuhi. Berikan pula penjelasan mengenai hal-hal yang boleh dilakukan dan hal-hal terlarang.
Demikian Ayah Bunda. Semoga kita bisa menghadapi anak yang tantrum dengan tenang dan bisa memberikan pendidikan kepada anak. (www.smartladori.com)